malam itu langit menangis sejadi-jadinya
menumpahkan segala keluh kesahnya
menuruni atap yang rapuh termakan usia
menyelinap kekamar-kamar rumah tua
lalu perlahan namun pasti
ia genangi lantai dan ubin-ubin
inci demi inci
jengkal demi jengkal
meter demi meter
dan ,
penuhlah !
meluaplah !
ah . . .
setelah itu tak lagi langit yang menangis
karena kitapun tersedu-sedu