Laman

Sabtu, Januari 19

KETIKA LANGIT MENANGIS KITAPUN TERSEDU-SEDU



malam itu langit menangis sejadi-jadinya
menumpahkan segala keluh kesahnya
menuruni atap yang rapuh termakan usia
menyelinap kekamar-kamar rumah tua

lalu perlahan namun pasti
ia genangi lantai dan ubin-ubin
inci demi inci
jengkal demi jengkal
meter demi meter

dan ,
penuhlah !
meluaplah !

ah . . .
setelah itu tak lagi langit yang menangis
karena kitapun tersedu-sedu

Jumat, Januari 18

Sajak Untuk Yang Terkasih

pernah memang kau ku banggakan, tak sekedar kepada teman bahkan kepada Tuhan. Dan tahu gak? saat ne mungkin ada satu , dua bahkan mungkin tiga atau lebih orang yg mencibir kepada apa yg aku tulis.

Atau jangan-jangan kamu termasuk orang itu? 
ah,,, semoga saja iya. 

jangan percaya dan cacilah semua ungkapan tulusku padamu, sebab kataku yang teraniaya akan lebih cepat melesat menembus langit menghadap kepada Sang Maha Adil.

aku tak memohon tapi aku menyapa Tuhanku.
sedikit basa-basi sebelum mengemis kepadaNYA.
tak berlebihan kan mengemis kepada Dia Yang Maha Segalanya?

lalu mesti mengemis apa?

bukankah sudah terlalu banyak yang Dia beri. sudah cukup kalau mau bersyukur. jikapun ada yang diambil karena itu tak baik untk kita.

jadi kau yang dulu kubanggakan dihadapan-NYA kini telah dijauhkan dariku, ditempatkan ditempat berbeda, dengan rasa yg tak lagi sama. bukan karena apa-apa, hanya itu yg terbaik bagi semua.

jalani semua seprti apa adanya.
saling memeluk dan menyapa leawat doa.



                                                                                                       @dreamhigh dwy