Laman

Senin, Maret 11

SELIMUT UNTUK IBU KOTAMU

jelas awan menggumpal kehitaman
rata dipenjuru langit
tak perlu komando waktu
perlahan diam diam meleleh

rintik rintik menuruni bumi
selaksa derai air mata duka
yang tak pernah sendiri
berkawan angin menabur basah

seolah tak menyerah
terjatuh menjalar kesudut kota
mencari celah kemabli keasal

sayang jalan telah ditutup
tetes tetes itu mengumpul
mengendap menjelma anak sungai
membesar umpama laut
meluap menjamah ibu kota
yang kini renta tanpa daya

dan . .
jika mata hari tak kunjung datang
adakah selimut untuk ibu kotamu
sekedar membukus tubuh rentanya
agar tak kedinginan sepanjang keadaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar