Laman

Sabtu, Januari 19

KETIKA LANGIT MENANGIS KITAPUN TERSEDU-SEDU



malam itu langit menangis sejadi-jadinya
menumpahkan segala keluh kesahnya
menuruni atap yang rapuh termakan usia
menyelinap kekamar-kamar rumah tua

lalu perlahan namun pasti
ia genangi lantai dan ubin-ubin
inci demi inci
jengkal demi jengkal
meter demi meter

dan ,
penuhlah !
meluaplah !

ah . . .
setelah itu tak lagi langit yang menangis
karena kitapun tersedu-sedu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar