Aku Kangen
Senandung Malamu
Dulu dalam hening malam aku sering
bermanja dalam senandung merdu lagumu. Nyanyian yang engkau dendangkan menjadi
seumpama melodi nan indah, seirama nuansa jiwa. Tak sekedar mempesona telinga,
tapi menjadi sihir paling sakral menggerakan imaji, menggapai makna dalam
balutan sunyi dan sepi.
Sekarang, entah tragedi apa yang kau
alami. Senandungmu tak lagi kutemui. Kidung indah malamu seolah hilang
tetrtelan waktu. Bahkan pada saat sepi telah begitu sempurna mengurung diriku,
suaramu tetap bisu. Sungguh aku tak harus melihat hadirmu. Cukuplah suara
merdumu pelipur segala rindu.
Sempat kutulis sebuah cerita tentang
kenangan kita dimasa kanak-kanak dahulu. Bagaimana kau dan aku pernah begitu
akrab dan sangat dekat. Mengisi panjangnya hari sekedar mengejarmu, menikmati
malampun dengan nyaringya suaramu. Tapi semua yang kutulis malah memperparah
kerinduan ini. sungguh aku rindu kamu.
Andai kau tahu, kini setiap
malam-malamku hanya ada suara bising menganggu telingaku. Menyakiti setiap imaji
yang susah payah kutata rapi. Tak hanya samapi disitu mereka juga meracuni
helaian nafasku. Mencemari murninya udaraku .
“ Krik . . . krik . . . krik “ . Aku
rindu suara itu. Suara Jangkrik berdendang syahdu dikesunyian malam. Bukan
suara berisik dari kenalpot kendaraan bermotor yang menganggu tidur lelap si
bayi, bukan pula suara besi beradu, dipukul bernada keras berdentang dari kuli
bangunan yang sedang lemburan.
# Selamat malam Jangkrik, salam rindu
dariku anak kampung yang sedang belajar
menjalani hidup dihiruk pikuknya Ibu kota .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar