Laman

Minggu, Juni 2

AKU KANGEN SENANDUNG MALAMU

Aku Kangen Senandung Malamu

             Dulu dalam hening malam aku sering bermanja dalam senandung merdu lagumu. Nyanyian yang engkau dendangkan menjadi seumpama melodi nan indah, seirama nuansa jiwa. Tak sekedar mempesona telinga, tapi menjadi sihir paling sakral menggerakan imaji, menggapai makna dalam balutan sunyi dan sepi.

               Sekarang, entah tragedi apa yang kau alami. Senandungmu tak lagi kutemui. Kidung indah malamu seolah hilang tetrtelan waktu. Bahkan pada saat sepi telah begitu sempurna mengurung diriku, suaramu tetap bisu. Sungguh aku tak harus melihat hadirmu. Cukuplah suara merdumu pelipur segala rindu.

              Sempat kutulis sebuah cerita tentang kenangan kita dimasa kanak-kanak dahulu. Bagaimana kau dan aku pernah begitu akrab dan sangat dekat. Mengisi panjangnya hari sekedar mengejarmu, menikmati malampun dengan nyaringya suaramu. Tapi semua yang kutulis malah memperparah kerinduan ini. sungguh aku rindu kamu.

            Andai kau tahu, kini setiap malam-malamku hanya ada suara bising menganggu telingaku. Menyakiti setiap imaji yang susah payah kutata rapi. Tak hanya samapi disitu mereka juga meracuni helaian nafasku. Mencemari murninya udaraku .

“ Krik . . . krik . . . krik “ . Aku rindu suara itu. Suara Jangkrik berdendang syahdu dikesunyian malam. Bukan suara berisik dari kenalpot kendaraan bermotor yang menganggu tidur lelap si bayi, bukan pula suara besi beradu, dipukul bernada keras berdentang dari kuli bangunan yang sedang lemburan.




# Selamat malam Jangkrik, salam rindu dariku anak kampung yang sedang  belajar menjalani hidup dihiruk pikuknya Ibu kota .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar